Mengetahui Sosok Rusmina, Pahlawan Wanita Yang Meminum Darah Saat Melawan Penjajah Belanda
Jakarta - Nenek Rusmina merupakan satu dari sekian pejuang kemerdekaan yang
namanya selalu terkenang. Pahlawan kelahiran Cirebon 22 Agustus 1916 ini
berani mengambil peran di pertempuran Lima Hari Lima Malam di
Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1947.
Pada masa itu, masih banyak serangan dari kolonial walau Indonesia sudah
merdeka dua tahun. Salah satu aksi heroik Rusmina adalah meminum darah
untuk mengusir tentara Belanda. Berikut kisah Nenek Rusmina, perempuan
pejuang yang berani turun langsung mengusir penjajah.
Berani Jadi Tentara Saat Usianya Masih Belia
Rusmina sudah memiliki semangat perjuangan sejak usia belia. Diketahui
saat Merdeka menyambanginya di Panti Jompo Tresna Werdha Teratai
Palembang, beberapa waktu lalu.
Rusmina mengaku merasa geram saat melihat tentara penjajah yang pernah
menguasai negaranya. Ia tak rela Indonesia dipecah belah, hingga
semangatnya berkobar untuk membunuh mereka dengan melamar menjadi
tentara di usia 19 tahun.
"Waktu itu semangat saya berkobar, kalau lihat Belanda atau Jepang
langsung emosi, biar tak bunuh saja,"ungkapnya dengan antusias.
Bambu Runcing Jadi Senjata Utama
Sebagai perempuan yang masih berusia belia, niat jadi tentara amat sulit
diterima orang-orang terdekat hingga kalangan prajurit di tempat ia
melamar.
Namun berkat keberaniannya berhasil membunuh sejumlah pasukan Belanda
dan Jepang dengan bambu runcing, ia akhirnya diterima sebagai prajurit
wanita muda untuk maju ke medan perang.
Rusmina mengaku sempat merasa berat meninggalkan keluarganya di Cirebon,
namun rasa marahnya terhadap penjajah mengobarkan semangat juangnya. Ia
pernah ditempatkan di beberapa daerah di Pulau Jawa untuk mengusir
Belanda hingga akhirnya ditempatkan di pertempuran lima hari lima malam
di Palembang.
Tegas Melawan Stigma
Ada tantangan lain untuk Rusmina, yaitu soal preconception perempuan
yang tidak layak ikut perang. Ia sempat mendapat penolakan saat
mengutarakan niat menjadi tentara. Namun tantangan itu sirna setelah ia
meyakinkan kedua orang tuanya sebelum berangkat.
Rusmina saat itu hanya berbekal sepotong bambu runcing untuk membunuh para penjajah.
"Orang bilang perempuan itu di rumah saja, ngapain ikut perang. Nyusahin aja nanti," beber Rusmina.
Rela Minum Darah Sahabatnya
Sebagai seorang yang kerap berjibaku dengan suasana peperangan, ada
salah satu keadaan yang membekas di benak Rusmina hingga kini.
Melansir laman cirebonbanget, Ia mengaku pernah hampir tewas saat
dikempung Belanda dan payudaranya tertembak. Beruntung ia segera
ditangani tim medis hingga peluru yang bersarang berhasil diangkat.
Selain itu, momen tak terlupakan lainnya ialah melihat rekan-rekannya
tewas di depan mata. Saat itu ada rekannya yang tertembak di bagian
leher, dan darah terus mengalir.
Tanpa pikir panjang, Rusmina langsung
memeluk rekannya dan meminum darah sahabat karibnya itu. Ia dengan tegas
mengatakan, darah yang diminum merupakan simbol perjuangan antar
keduanya.
Selain itu, darah tersebut merupakan unsur persaudaraan yang Rusmina jaga agar tetap mengalir di dalam tubuhnya.
"Saya tidak ingin dihargai sebagai pejuang, tapi saya minta jangan rusak pengorbanan kami sebelum Indonesia merdeka,"katanya.
Komentar
Posting Komentar