Mengenal Weton Jawa, Suatu Hal Yang Penting Untuk Mengetahui Karakter Dan Perjodohan Seseorang
Jakarta - Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, mengetahui weton merupakan salah satu hal penting lantaran berhubungan dengan karakter seseorang, serta perjodohan.
Filolog dan Konsultan Pawukon di Gallery Radya Pustaka Surakarta Totok Yasmiran mengatakan bahwa weton berasal dari kata wetu atau keluar yang mendapat akhiran an, sehingga menjadi wetuan.
"Fonim u
dan a tersebut mengalami persandian atau luluh, lalu menjadi weton yang
berarti kelahiran. Jadi, weton adalah penanda hari kelahiran
seseorang,"jelas dia Minggu (29/8/2021).
Totok mencontohkan, jika seseorang lahir pada 14 November 1993, maka
wetonnya adalah Ahad Wage. Artinya, dia lahir pada hari Minggu dengan
pancawara (nama hari dalam budaya Jawa) Wage. Lebih lanjut, dirinya
mengatakan bahwa untuk mengetahui weton, seseorang harus menggunakan
kalender Jawa.
Sejarah munculnya kalender Jawa untuk hitung weton
Totok menuturkan, kalender Jawa yang digunakan dalam penghitungan weton
tidak bisa dilepas dari pengaruh Mataram Islam pada masa Sultan Agung
Hanyakrakusuma. Pada masa itu, dia mengatakan bahwa sistem penanggalan diubah dari
perhitungan matahari (syamsiyah) menjadi perhitungan bulan (qamariyah).
Perubahan sistem penanggalan itu dilakukan pada Jumat Legi, dan
bertepatan dengan pergantian Tahun Baru Saka 1555 dan Tahun Baru
Hijriyah 1 Muharam 1043 H. Namun, jika dilihat dalam kalender masehi,
perubahan sistem penanggalan itu berada pada 8 Juli 1633 M.
"Pergantian
sistem penanggalan itu tidak mengganti hubungan tahun Saka 1555 yang
sedang berjalan menjadi tahun pertama, melainkan meneruskan hitungan
tahun tersebut hingga saat ini. Adapun, penanggalan Saka di Jawa telah
berjalan sejak abad ke-8 sejak kerajaan Jawa Hindu," ujar Totok.
Sementara itu, lanjutnya, berlakunya 1 Saka yakni sejak Aji Saka
berkuasa di Tanah Hindu. Berlakunya 1 Saka terhitung bersamaan dengan 14
Maret 78 M.
Nama hari dalam kalender Jawa
Selain mengubah sistem penanggalan dalam sejarah kemunculan kalender
Jawa, Totok mengatakan bahwa ada penyesuaian untuk nama bulan dan hari.
"Nama hari dari Minggu hingga Sabtu dalam bahasa Sansakerta disebut
Radite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, dan Tumpak. Lantas,
nama-nama hari tersebut diubah menjadi nama hari yang mirip dalam bahasa
Arab,"ucapnya.
Menurut dia, perubahan nama hari itu menunjukkan terdapat banyak
pengaruh penanggalan Islam dalam sistem penanggalan Jawa. Misalnya, jika
hari itu sebagai saptawara atau tujuh hari, maka menjadi Ngadah atau
Ahad, Senen, Slasa, Rebo, Kemis, Jemuwah, dan Setu.
"Tak hanya hari,
dalam penanggalan Jawa terdapat pasaran yang disebut pancawara. Pasaran
terdiri dari Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon," kata Totok.
"Perpaduan saptawara dan pancawara ini bersiklus 35 harian (selapan).
Nah, pancawara ini merupakan wujud unsur Jawa yang tidak ditemukan dalam
penanggalan Hijriyah dan Masehi,"imbuhnya.
Lewat weton, perayaan hari kelahiran tidak cuma setahun sekali
Bagi sebagian orang, perayaan hari kelahiran merupakan sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu karena mereka hanya bisa melakukannya setiap satu tahun sekali. Kendati demikian jika dilihat dari weton, Totok mengatakan bahwa orang Jawa hari lahirnya diperingati setiap 35 hari sekali dalam setahun.
"Pada hakikatnya, mereka bukan berhari ulang tahun
melainkan mengulang tanggal dan kelahiran. Dan tahun kan tidak
terulang,"papar dia.
Sebagai contoh, jika seseorang lahir pada 14 November, dia tidak
merayakan ulang tahun setiap 14 November namun setiap kali penanggalan
di kalender memasuki Minggu Wage. Jika umumnya seseorang memperingati
kelahirannya setahun sekali, apabila berdasarkan weton, maka setiap 35
hari sekali mereka merayakan ulang tahun dengan selamatan atau bancakan.
"Jadi tidak berkesan hura-hura atau berlebihan. Kalau anak zaman
sekarang, memperingati ulang tahun kadang ada kejutan dengan memecahkan
telor di kepala misalnya. Ini terkesan mubadzir dan menjadi bahan
tertawaan,"lanjut Totok.
Saat ini, menurutnya banyak orang Jawa yang tidak tahu wetonnya lantaran
hanya mengetahui tanggal lahir berdasarkan kalender Masehi. Dia
menyebutnya sebagai hal yang ironis karena orang-orang tersebut setiap
tahunnya memperingati hari ulang tahun, tetapi lupa hari apa mereka
lahir.
"Cara fading mudah untuk mengetahui weton kita adalah dengan bertanya kepada orangtua kita, atau kakek dan nenek kita. Mereka biasanya sangat ingat (hari) ketimbang tanggal. Cara termudah lainnya adalah dengan mencarinya secara daring,"katanya.
Cari tahu weton di Museum Radya Pustaka Surakarta
Museum Radya Pustaka Surakarta sebagai museum tertua Indonesia, ternyata
memiliki layanan konsultasi tentang weton dan pawukon atau horoskop
Jawa. Totok mengatakan bahwa layanan ini sudah ada sejak lama dan
merupakan daya tarik tersendiri. Sebab, menurutnya banyak masyarakat
yang belum kenal seputar hal tersebut dan belum pernah berkunjung ke
sana.
Adanya layanan konsultasi weton dan pawukon memberi kesan tersendiri.
Akhirnya, lanjut Totok, banyak wisatawan yang berkunjung kembali ke
sana. "Sebelum 2019, konsultasi pawukon dilayani setiap hari sesuai jam
buka museum.
Kecuali Senin karena museum libur. Setelah 2019,
konsultasi hanya dilakukan pada Jumat, Sabtu, dan Minggu,"ucapnya.
Selama pandemi Covid-19, Museum Radya Pustaka Surakarta ditutup untuk
sementara waktu. Namun, masyarakat bisa konsultasi weton dan pawukon
secara virtual lewat WhatsApp atau video clip phone call.
Jasa konsultasi dengan Totok tidak bersifat komersial, dirinya juga
tidak memasang tarif. Meski begitu, dia tidak menampik ada saja orang
yang menyampaikan tanda terima kasih. "Jika ada yang ingin menyampaikan
tanda terima kasih, ya diterima.
Intinya mengalami kesulitan hidup,
justru saya tidak mau menerima pemberiannya. Lho dia sendiri mengalami
kesusahan, ya enggak sampai hati lah (untuk nerima). Saya selalu ikhlas
dalam pelayanan," ujar Totok. Saat konsultasi, dia mengatakan bahwa
masyarakat bisa menanyakan apa pun misalnya pencarian weton,
hal perjodohan terutama untuk keperluan pernikahan, dan pemilihan hari
untuk khitanan.
Masyarakat juga bisa konsultasi seputar weton yang cocok untuk pindah
rumah, mendirikan rumah, memulai usaha baru, penghitungan peringatan
selamatan orang meninggal dunia, dan menanyakan pekerjaan yang cocok.
"Lalu pemberian nama untuk bayi, seputar masalah keluarga seperti suami dan istri yang kurang harmonis atau kenakalan anak, hingga pemilihan hari untuk operasi caesar yang teutnya atas saran dari dokter,"pungkas Totok.
Komentar
Posting Komentar