Kisah Ikonis Sneakers Berwarna Putih yang suka di Kenakan Oleh Anggota Taliban
Jakarta - Sejak lama, style punya peran penting daripada sekadar urusan penampilan. Dalam berbagai momen, style seringkali dijadikan sebagai cara untuk menyampaikan pesan.
Kamala Harris misalnya, selama masa kampanye bersama Joe Biden, ia konsisten tampil mengenakan setelan sports jacket berbagai warna dan theme gelap yang dipadukan dengan atasan polos. Ia lalu memadukan busananya dengan pump heels atau sneakers. Menurut pakar image professional, Joseph Rosenfeld, gaya berbusana tersebut merupakan strategi yang bagus. Kamala berusaha menyampaikan pesan bahwa ia adalah sosok yang bersahabat dan cepat tanggap dalam melakukan pekerjaan.
Ternyata konsep fashion sebagai penyambung pesan ini juga dimanfaatkan oleh kelompok Taliban yang sekarang menguasai Afghanistan. Dalam beberapa foto, tampak pasukan Taliban mengenakan pakaian khas seperti busana Muslim, celana, rompi, dan sorban dengan warna dan model yang beragam.
Dari penampilan tersebut, ada satu yang cukup seragam dikenakan dan mencuri perhatian, yaitu sneakers putih model high-top. Saking populernya di kalangan Taliban, di Afghanistan ada istilah yang mengatakan kalau ingin menemukan Taliban, ikuti saja mereka yang memakai sneakers high-top putih.
Walau di tempat lain tennis shoes putih bermodel high-top ini bisa jadi pernyataan setting, bagi sebagian besar masyarakat Afghanistan, sneakers putih tersebut menjadi simbol yang menyampaikan pesan menakutkan sebab sepatu itu sangat digemari oleh pejuang Taliban. Mereka memakainya selama masa perang dan seringnya, sepatu tersebut tertutup tanah dan darah.
Jadi menurut masyarakat Afghanistan, sneakers putih yang mereka kenakan menandakan perang yang tak berkesudahan.
Tennis shoes putih yang dikenakan oleh para Taliban ini diproduksi oleh salah satu perusahaan sepatu terbesar di Pakistan, Servis (Dibaca Sarwees) Shoes. Diberi nama Cheetahs, sneakers ini punya design tinggi atau high-top. Desainnya berwarna putih dengan aksen garis hijau dan kuning. Menurut laporan Seattle Times, sneakers ini sangat laku di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan Utara.
Sepatu-sepatu tersebut dipasarkan kepada para atlet, ditawarkan pada bintang olahraga, dan menjadi design yang paling banyak dicari.
Di Afghanistan sendiri, sneakers high-top ini telah dipakai oleh pemberontak bersenjata sejak puluhan tahun lalu. Seattle Times melaporkan bahwa sepatu itu dikenakan para pejuang pada Perang Soviet-Afghanistan pada 1980-an hingga perang yang dipimpin AS pada 2001. Jadi tak heran kalau bagi masyarakat Afghanistan sepatu tersebut identik dengan kekerasan.
Di pasaran, sepatu ini dijual seperti biasa. Namun seringnya dipajang di antara sepatu dengan model dan dari merek lain. Hal ini dilakukan agar sepatu Cheetahs itu tidak terlalu terlihat mencolok. Kebanyakan masyarakat bisa menemukan sepatu tersebut di toko-toko yang tersembunyi dan di daerah remang-remang.
Hashim Singal, seorang penjual sepatu Cheetahs di Afghanistan, mengatakan bahwa ia tak pernah bertanya kepada orang yang membeli sepatu tersebut. Menurutnya, siapa saja bisa memiliki tennis shoes Cheetahs, tapi harus diam-diam dan tak perlu dipamerkan.
Jika masyarakat Afghanistan menilai tennis shoes putih khas Taliban itu sebagai simbol ketakutan, Taliban sendiri menganggapnya sebagai bentuk profesionalitas. Hal ini diungkapkan oleh Brigadir Jenderal Khair Mohammad Timor, kepala polisi sekaligus mantan komandan pemberontak yang memerangi pemerintah Afghanistan.
Menurutnya, sejak 30 tahun yang lalu, atasannya, yang merupakan kelompok Taliban dan komunis, membeli sepatu putih untuk membuat pasukannya tampak lebih profesional.
Sedangkan kelompok Taliban sendiri menganggap sepatu Cheetahs itu sebagai bentuk dari perdamaian.
"Dari dulu, kami selalu memakai sepatu putih, dan warna putih itu memberikan tanda perdamaian," ungkap Najibullah Aqtash, salah satu komandan Taliban seperti dikutip dari Seattle Times.
Ia mengatakan bahwa warna putih juga merupakan warna yang dipakai untuk bendera Taliban.
Tapi sepatu ini punya makna lain bagi anggota militer AS. Sejak pasukan AS datang ke Afghanistan pada 2001, mereka sangat waspada dengan siapa saja yang mengenakan sepatu high-top putih karena Taliban mengenakannya sejak berkuasa pada 1996 hingga 2001.
Kamala Harris misalnya, selama masa kampanye bersama Joe Biden, ia konsisten tampil mengenakan setelan sports jacket berbagai warna dan theme gelap yang dipadukan dengan atasan polos. Ia lalu memadukan busananya dengan pump heels atau sneakers. Menurut pakar image professional, Joseph Rosenfeld, gaya berbusana tersebut merupakan strategi yang bagus. Kamala berusaha menyampaikan pesan bahwa ia adalah sosok yang bersahabat dan cepat tanggap dalam melakukan pekerjaan.
Ternyata konsep fashion sebagai penyambung pesan ini juga dimanfaatkan oleh kelompok Taliban yang sekarang menguasai Afghanistan. Dalam beberapa foto, tampak pasukan Taliban mengenakan pakaian khas seperti busana Muslim, celana, rompi, dan sorban dengan warna dan model yang beragam.
Dari penampilan tersebut, ada satu yang cukup seragam dikenakan dan mencuri perhatian, yaitu sneakers putih model high-top. Saking populernya di kalangan Taliban, di Afghanistan ada istilah yang mengatakan kalau ingin menemukan Taliban, ikuti saja mereka yang memakai sneakers high-top putih.
Walau di tempat lain tennis shoes putih bermodel high-top ini bisa jadi pernyataan setting, bagi sebagian besar masyarakat Afghanistan, sneakers putih tersebut menjadi simbol yang menyampaikan pesan menakutkan sebab sepatu itu sangat digemari oleh pejuang Taliban. Mereka memakainya selama masa perang dan seringnya, sepatu tersebut tertutup tanah dan darah.
Jadi menurut masyarakat Afghanistan, sneakers putih yang mereka kenakan menandakan perang yang tak berkesudahan.
Dibuat oleh pabrik sepatu besar di Pakistan
Tennis shoes putih yang dikenakan oleh para Taliban ini diproduksi oleh salah satu perusahaan sepatu terbesar di Pakistan, Servis (Dibaca Sarwees) Shoes. Diberi nama Cheetahs, sneakers ini punya design tinggi atau high-top. Desainnya berwarna putih dengan aksen garis hijau dan kuning. Menurut laporan Seattle Times, sneakers ini sangat laku di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan Utara.
Sepatu-sepatu tersebut dipasarkan kepada para atlet, ditawarkan pada bintang olahraga, dan menjadi design yang paling banyak dicari.
Di Afghanistan sendiri, sneakers high-top ini telah dipakai oleh pemberontak bersenjata sejak puluhan tahun lalu. Seattle Times melaporkan bahwa sepatu itu dikenakan para pejuang pada Perang Soviet-Afghanistan pada 1980-an hingga perang yang dipimpin AS pada 2001. Jadi tak heran kalau bagi masyarakat Afghanistan sepatu tersebut identik dengan kekerasan.
Di pasaran, sepatu ini dijual seperti biasa. Namun seringnya dipajang di antara sepatu dengan model dan dari merek lain. Hal ini dilakukan agar sepatu Cheetahs itu tidak terlalu terlihat mencolok. Kebanyakan masyarakat bisa menemukan sepatu tersebut di toko-toko yang tersembunyi dan di daerah remang-remang.
Hashim Singal, seorang penjual sepatu Cheetahs di Afghanistan, mengatakan bahwa ia tak pernah bertanya kepada orang yang membeli sepatu tersebut. Menurutnya, siapa saja bisa memiliki tennis shoes Cheetahs, tapi harus diam-diam dan tak perlu dipamerkan.
Jadi lambang perdamaian menurut Taliban
Jika masyarakat Afghanistan menilai tennis shoes putih khas Taliban itu sebagai simbol ketakutan, Taliban sendiri menganggapnya sebagai bentuk profesionalitas. Hal ini diungkapkan oleh Brigadir Jenderal Khair Mohammad Timor, kepala polisi sekaligus mantan komandan pemberontak yang memerangi pemerintah Afghanistan.
Menurutnya, sejak 30 tahun yang lalu, atasannya, yang merupakan kelompok Taliban dan komunis, membeli sepatu putih untuk membuat pasukannya tampak lebih profesional.
Sedangkan kelompok Taliban sendiri menganggap sepatu Cheetahs itu sebagai bentuk dari perdamaian.
"Dari dulu, kami selalu memakai sepatu putih, dan warna putih itu memberikan tanda perdamaian," ungkap Najibullah Aqtash, salah satu komandan Taliban seperti dikutip dari Seattle Times.
Ia mengatakan bahwa warna putih juga merupakan warna yang dipakai untuk bendera Taliban.
Tapi sepatu ini punya makna lain bagi anggota militer AS. Sejak pasukan AS datang ke Afghanistan pada 2001, mereka sangat waspada dengan siapa saja yang mengenakan sepatu high-top putih karena Taliban mengenakannya sejak berkuasa pada 1996 hingga 2001.
Tentara AS word play here sampai beranggapan bahwa siapa pun yang mengenakan sepatu tersebut patut dicurigai.
Tim militer akan langsung memberhentikan dan menginterogasi siapa word play here yang mengenakan tennis shoes tersebut. Bahkan intelijen AS sering meminta agar tim di lapangan mencari orang yang memakai sneakers putih di Afghanistan untuk menemukan jaringan kelompok Taliban.
Kini, sepatu tersebut dijual dengan harga sekitar 13 hingga 25 dolar AS atau sekitar Rp 187 - 360 ribuan. Harganya akan berubah-ubah tergantung pada keaslian sepatu dan di mana sepatu tersebut dijual.
Tim militer akan langsung memberhentikan dan menginterogasi siapa word play here yang mengenakan tennis shoes tersebut. Bahkan intelijen AS sering meminta agar tim di lapangan mencari orang yang memakai sneakers putih di Afghanistan untuk menemukan jaringan kelompok Taliban.
Kini, sepatu tersebut dijual dengan harga sekitar 13 hingga 25 dolar AS atau sekitar Rp 187 - 360 ribuan. Harganya akan berubah-ubah tergantung pada keaslian sepatu dan di mana sepatu tersebut dijual.
Saat ini, tennis shoes Cheetahs putih ini masih dikenakan oleh pasukan Taliban yang wara-wiri di Afghanistan.
Mereka seringnya akan mengenakan sepatu ini secara aktif saat musim dingin dan saat sedang bertugas di location pegunungan. Ada dua warna sepatu yang banyak mereka kenakan saat ini, yaitu hitam dan putih. Semua tergantung pimpinan dan daerah masing-masing.
Mereka seringnya akan mengenakan sepatu ini secara aktif saat musim dingin dan saat sedang bertugas di location pegunungan. Ada dua warna sepatu yang banyak mereka kenakan saat ini, yaitu hitam dan putih. Semua tergantung pimpinan dan daerah masing-masing.
Komentar
Posting Komentar