Mengetahui Sejarah kampung "Londo Ireng" Kampung Afrika di Purworejo
Jakarta - Pada masa kolonialisme, Pemerintah Belanda tak hanya merekrut
orang-orang dari negerinya untuk menjadi tentara yang mengawal keamanan
di negeri jajahan. Dalam tugas ini, mereka juga merekrut orang-orang
dari luar negeri mereka, salah satunya dari Afrika. Mengingat warna
kulitnya yang hitam, saat bertugas mengawal keamanan di Jawa mereka
mendapat julukan "londo ireng".
Sebagai kelompok prajurit, bekas pemukiman londo ireng tersebar di
berbagai kota. Di Purworejo, Jawa Tengah, ada sebuah daerah yang bernama
Kampung Afrikan.
Dulunya, Kampung Afrikan merupakan sebuah kompleks perumahan peninggalan
period pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang diperuntukkan bagi
tentara bayaran yang didatangkan dari Benua Afrika.
Namun saat ini sudah tidak ada lagi keturunan Afrika yang tinggal di
kampung tersebut. Lantas bagaimana sejarah kampung tersebut? Berikut
selengkapnya:
Sejarah Kampung Afrikan
Dalam sebuah manuskrip yang ditemukan pada tahun 1986 milik seorang
pensiunan tentara Belanda (KNIL) bernama Doris Land, diceritakan tentang
sebuah kampung yang dihuni orang-orang Afrika di Purworejo.
Pada awalnya, para serdadu Afrika itu tinggal satu kampung dengan orang
Jawa. Namun karena jumlah mereka semakin banyak, maka residen Bagelen
memutuskan untuk memberikan wilayah khusus untuk para tentara itu.
Dilansir dari Ui.ac.id, pemusatan itu dilakukan untuk menghindari "salah
paham" di antara orang Jawa dan Afrika mengingat orang Afrika memiliki
sifat dan bahasa yang jauh berbeda dengan orang Jawa. Selain itu dengan
memisahkan dengan orang Jawa, Pemerintah Hindia Belanda akan mudah
memanggil mereka jika diperlukan untuk kembali berdinas.
Tujuan Dibangunnya Kampung Afrika
Pada abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda membeli sebuah tanah di Desa
Pangenjuru Tengah khusus untuk serdadu dari Afrika. Masing-masing
serdadu mendapat jatah tanah seluas 1150 meter persegi. Di atas tanah
yang telah disediakan, mereka boleh membangun rumah atau bercocok tanam.
Dalam sebuah skripsi berjudul "Orang-Orang Afrika di Purworejo: Suatu
Analisa Historis Sosiologis Latar Belakang dan Peranan Mereka", pilihan
Purworejo sebagai basis tempat tinggal orang-orang Afrika itu
dikarenakan tempat itu merupakan pusat pemberontakan Perang Jawa
(1825-1830).
Oleh karena itu sebuah tempat tinggal bagi para tentara Afrika dibangun di sana agar pemberontakan serupa tidak terjadi lagi. Apalagi bersamaan dengan itu, di Purworejo dibangun sebuah tangsi besar. Di sana ditempatkan tiga kelompok pasukan Afrika yang ironisnya pada tahun 1840 membuat panik Pemerintah Hindia Belanda karena pemberontakan bersenjata yang mereka lakukan.
Dijuluki "Londo Ireng"
Dilansir dari Ui.ac.id, Jenderal Oerip Soemohardjo punya kesan
tersendiri terhadap anak-anak yang tinggal di Kampung Afrika pada tahun
1910. Ia mengatakan, anak-anak Afrika itu fasih berbahasa Belanda dengan
baik tanpa aksen.
Oleh karena itu mereka menghina Oerip yang dianggap berbahasa antah
berantah. Pada suatu malam Oerip dan teman-temannya menyerbu kampung itu
dan mengejek anak-anak Afrika itu," Londo ireng tuntel, irunge mentol,
suarane bindeng!" (Belanda hitam, hidungnya besar, suaranya bindeng).
Karena kasus saling ejek ini ayah Oerip sampai dipanggil Kepala Desa dan
di sana sudah hadir beberapa orang Afrika yang merasa dihina. Ayah
Oerip berjanji akan memberi pelajaran pada anaknya dengan syarat
anak-anak Afrika itu tak menghina Oerip lagi.
Kondisi Kampung Afrikan Kini
Secara administratif, Kampung Afrikan berada di wilayah Kelurahan Pangen
Juru Tengah, Kecamatan Purworejo. Setelah seratusan tahun berlalu, kini
bekas Kampung Afrikan telah berubah menjadi perkampungan yang dipadati
rumah-rumah penduduk.
Beberapa bangunan asli peninggalan Londo Ireng telah berganti
kepemilikan. Bersamaan dengan itu, jejak-jejak keberadaan merekapun
hilang.
Meskipun tak ada sisa-sisa dari keturunan Londo Ireng, rumah-rumah
peninggalan mereka masih terjaga dengan baik. Sejak Indonesia merdeka
pada tahun 1945, Presiden Soekarno memang tidak mengizinkan ada warga
Belanda yang menempati Indonesia, termasuk para Londo Ireng dan
keturunannya.
Komentar
Posting Komentar