Mengetahui Ceng Beng, Sebuah Tradisi Ziarah kubur Etnis Tionghoa Untuk Menghormati Leluhur

Jakarta - Masyarakat Tionghoa memiliki banyak tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang. Selain Imlek, masyarakat Tionghoa juga memiliki tradisi ziarah kubur yang biasa dilakukan setiap tanggal 4 atau 5 April.

Tradisi Ceng Beng atau sembahyang kubur merupakan salah satu tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa. Tradisi ini merupakan perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya.

Lalu, apa tradisi ini dan bagaimana sejarahnya? Yuk, simak ulasan berikut.

Mengutip berbagai sumber, tradisi Ceng Beng atau yang juga dikenal dengan Festival Qing Ming ini diperkirakan bermula sejak zaman Kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming. Zhang saat itu berasal dari keluarga yang sangat miskin.

Karena itu, ketika membesarkan dan mendidik Zhu Yuan Zhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Saat beranjak dewasa, Zhu Yuan Zhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti-Dinasti Yuan (Mongol).

Karena ketangkasannya, dalam waktu singkat, ia berhasil mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut. Kemudian ia menalukkan Dinasti Yuan dan berhasil jadi kaisar.

Setelah itu, Zhu Yuan Zhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan ternyata tidak diketahui keberadaan makamnya. Untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan.

Selain itu, ia juga memerintahkan rakyat untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam sebagai tanda makam telah dibersihkan. Setelah semua rakyat selesai berziarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibersihkan, serta diberi tanda.

Kaisar pun berziarah ke makam-makam tersebut dan berasumsi bahwa di antara makam-makam tersebut merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Akhirnya ritual ziarah makam ini dilakukan setiap tahun. 

Makna dan Prosesi Ritual Ceng Beng

Routine Ceng Beng merupakan salah satu tradisi dan ritual penting bagi masyarakat Tionghoa. Mengutip laman wonderful.pangkalpinangkota.go.id, tradisi Ceng Beng diawali dengan membersihkan dan mempercantik kuburan atau pendem yang biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan ritual.

Adapun, puncak kegiatan dilaksanakan pada tiap tanggal 5 April. Saat tradisi ini digelar, biasanya masyarakat Tionghoa yang ada diperantauan akan pulang kembali ke tempat asal mereka untuk bertemu bersama keluarga dan melaksanakan routine sembahyang kubur tersebut.

"Selain untuk berziarah, Ceng Beng juga menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar. Karena keluarga kamu juga banyak yang dari kota lain datang untuk ziarah," kata Supardi Liu seperti dikutip dari Antara.

Kegiatan ini sendiri biasa dilakukan sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan meletakkan sesajian. Aneka buah-buahan (samkuo), ayam atau babi (sam sang), arak, aneka kue dan makanan vegetarian (cai choi), uang kertas (kim cin) ditaruh di makam. Kemudian membakar garu (hio) yang diiringi dengan alunan musik Belaz Band atau Tanjidor.

Mereka kemudian menggelar routine dan mendoakan para orangtua dan leluhur, baik yang dimakamkan di area setempat, maupun tempat lain. Prosesi Ceng Beng ini biasanya berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Usai berdoa, tiap warga menziarahi makam orangtua, sanak keluarga, serta leluhur masing-masing.

Mereka merapikan dan memperindah makam lalu mendoakan para leluhur dengan harapan Tuhan memberikan tempat terbaik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KIsah Peninggalan Belanda Sebuah Bangunan SD Negeri 02 Pancoran Mas, Depok

Mengetahui KIsah Sejarah Kerjaan Islam di Maluku Utara

Mengetahui Sosok Panini, Seorang Ahli Bahasa Sansekerta Yang Berjasa Dalam Dunia Kebahasaan